Terpilih Jadi Duta Muda Indonesia-Amerika Ke-70 , Nurbaya Pulhehe

Program Oytw & Ivlp Wujudkan People To People Connect

Foto bersama Wamenlu RI Pak Mahendra Siregar di KBRI Washington, DC

Tidak terasa hubungan diplomatic antara pemerintah Amerika Serikat dan Indonesia kini memasuki tahun ke-70. Selama perjalanan hubungan diplomatic berlangsung , baik pemerintah Indonesia maupun pemerintah Amerika bahu membahu meningkatkan program kerja sama, bahkan setelah menjejaki masa kerja sama ke 70 tahun ini, kedua pemerintahan menyepakati untuk meningkatkan status kerja sama menjadi strategic partnership atau kemitraan strategis. Hal ini berarti pemerintah Indonesia maupun Amerika siap meningkatkan serta mewujudkan kerja sama di enam bidang strategi yang diusung, salah satunya adalah people to people connect. Melalui strategi inilah, diharapkan kesamaan pandangan tercipta bukan hanya antar pemerintahan namun juga bagi masyarakatnya. Selain itu, Sebagai bentuk wujud nyata strategic partnership yang digalakan, melahirkan sebuah inisiatif baru untuk menggabungkan serta berkolaborasi antar masing-masing program unggulan dari pemerintah Indonesia maupun Amerika yaitu antara Outstanding Youth For The World (OYTW) dari Direktorat Diplomasi Publik, Kementrian Luar Negeri Indonesia dan International Visitor Leadership Program atau IVLP oleh Departement of State (DoS), Biro Pendidikan dan Kebudayaan Amerika Serikat. Kedua program inilah di gabungkan menjadi #Indonesiausa70th YouthAmbassadors, melalui program inilah 10 pemuda dipilih menjadi wakil Indonesia yang ditugaskan melakukan kunjungan ke Amerika Serikat selama 3 minggu. Dengan agenda utama nya adalah menghadiri pertemuan serta berdiskusi langsung dengan berbagai stakeholder pemerintah AS, tokoh agama, aktivis, para pebisnis bahkan para ahli dan cendekiawan di berbagai universitas terbaik di Washington, New York, New Orleans dan San Fransisco. 

            Menjadi salah satu wakil dari Universitas Islam Kadiri (UNISKA) Kediri, Baya belajar banyak hal tentang hubungan diplomatic kedua Negara, apalagi setelah mengunjungi Amerika, rasanya sudah seperti di Negara sendiri. Ternyata Indonesia juga bisa dirasakan ketika berada di negeri paman sam, bagaimana tidak, banyak kesamaan antara kedua pemerintahan. Salah satunya adalah keberagamannya. Indonesia memiliki ragam suku, adat istiadat, bahasa, budaya dan agama begitupun juga Amerika dengan penduduk imigran yang semakin meningkat menciptakan Amerika sangat menjunjung tinggi nilai-nilai keberagaman. Salah satunya, Ketika agenda pertemuan berlangsung di IMAAM Center, di Silver Spring, Maryland terdapat sebuah masjid megah bergaya eropa, yang kalau diamati seperti bangunan kuno eropa. Namun ternyata, bangunan ini adalah masjid IMAAM Center, awalnya sebuah gereja yang kini dialihfungsikan sebagai masjid. Para pengurus masjidpun sebagian besar berasal dari warga Negara Indonesia, ornament di dalam masjid bahkan kental bernuansa Indonesia, seperti adanya bedug, mimbar dan juga ornament kaligrafi menghiasi area dalam masjid. Jika diperhatikan dipintu masuk, masjid ini pertama kali diresmikan langsung oleh presiden Susilo Bambang Yudhoyono di tahun 2014. Lebih lanjut, para jamaah pun yang beribadah disini bukan hanya orang Indonesia saja tapi dari berbagai golongan dan etnis juga seperti orang-orang dari timur tengah dan juga eropa tentunya. Selain itu, terdapat petugas polisi yang memang dikhususkan untuk menjaga masjid. Begitu beragam dan toleransi nya negeri ini, bukan!

            Keberagamaan juga ditemui ketika diadakan pertemuan selanjutnya di kota New Orleans, tepatnya di Universitas Loyola, salah satu Universitas yang paling tinggi menjunjung nilai-nilai toleransi. melihat berbaurnya mahasiswa muslim dan non muslim berkolaborasi menciptakan agenda tahunan tentang seminar perdamaian internasional menggambarkan pentingnya kerja sama dalam mewujudkan misi perdamaian. Agenda yang setiap tahunnya melahirkan gagasan-gagasan baru dalam mewujudkan perdamaian dunia termasuk salah satunya terkait perdamaian di timur tengah, menjadikan universitas Loyola memaknai peran pentingnya kebermanfaatan bagi sesama. Bukan hal mudah, untuk memperbaiki stigma masyarakat tentang pentingnya toleransi dan keberagaman, apalagi setelah peristiwa World Trade Center atau 9/11 mengakibatkan menurunnya angka kepercayaan terhadap muslim dan imigran. Namun keharmonisan yang dibangun di kampus ini, membuat para delegasi youth ambassadors belajar banyak hal.

            “Kita tidak akan pernah tahu sampai benar-benar melihat”, mungkin ungkapan inilah ingin menegaskan bahwa pentingnya strategi people to people connect dalam membangun kesamaan pandang. Karena beragam cerita di negeri paman sam hanya akan menjadi cerita belaka jika tidak secara langsung memahami, begitupun juga Indonesia dengan keberagamaan hanya akan menjadi sejarah jika tidak adanya penerus. Banyak hal yang masih menjadi gagasan maupun pengembangan pandangan, yang pasti dengan membuka mata melihat luasnya keberagaman yang tercipta mengukir kalimat bahwasanya kehidupan ini sejatinya menawarkan perdamaian yang hakiki terhadap siapa saja yang mencintai kedamaian.

Tinggalkan Balasan