Aku Pahlawan Masa Kini

#akupahlawanmasakini

Peringatan Hari Pahlawan menjadi momentum untuk anak bangsa mengingat bahwa kemerdekaan yang dinikmati saat ini tidak datang begitu saja namun memerlukan perjuangan dan pengorbanan yang luar biasa dari para pendahulu negeri. Semangat yang ditunjukkan para pahlawan dan pejuang tersebut hendaknya perlu terus ditumbuhkembangkan di dalam hati sanubari setiap Insan warga negara Indonesia.

10 November adalah simbol perjuangan; melawan kolonialisme, memutus keresahan, dan memperjuangkan ikhtiar. Indonesia merdeka sudah dicetuskan dan dijunjung bersama. Tentu opsi menyerah atau menghamba pada keadaan ada dalam daftar pilihan, tapi para tokoh pejuang saat itu memilih untuk teguh pada janji kemerdekaan. Bung Tomo dan kawan-kawan serta ribuan pejuang kemerdekaan Indonesia pun disebut sebagai pahlawan. Pahlawan hadir, menjawab tantangan, menyelamatkan situasi bahkan lebih sering harus sampai mengorbankan dirinya. Indonesia di zaman 1945 dan era milenia 2016, apakah masih membutuhkan pahlawan?

Setiap hari, ada ribuan persoalan yang bergulir di kehidupan harian masyarakat Indonesia. Dekat dan nyata, mencemaskan, bahkan sampai mengancam masa depan. Sebut saja persoalan ekonomi, keterbatasan akses pendidikan, minimnya kualitas SDM, persoalan batas wilayah, kasus kekerasan terhadap anak, nasib pasokan pangan, dan tambahkan daftar selanjutnya. Sepertinya, Indonesia masih membutuhkan pahlawan masa kini. Bukan persoalan bagaimana kostumnya atau kekuatan super apa yang dimiliki. Atau seberapa cerah warna kulitnya dan selancar apa kemampuannya menghafal 10 bahasa dunia. Terkadang pahlawan pun muncul dengan ide sederhana namun eksekusi-daya juang, keberanian, pantang menyerah- yang luar biasa.

Lalu apa esensi Pendidikan dalam peringatan hari pahlawan ini? Nadiem Makarim dalam 100 program kerjanya akan memusatkan pada beberapa hal yang diyakini akan bisa mendongkrak pendidikan di Indonesia.

Prinsip gotong royong

Dalam kesempatan sama, Mendikbud Nadiem juga menyampaikan prinsip gotong-royong dan kolaborasi akan menjadi kata kunci yang akan banyak mewarnai kementerian dipimpinnya. Ia menyampaikan, “Gotong royong adalah satu asas, satu value yang akan saya bawa ke dalam semua aktivitas dan interaksi kita. Baik di level kementerian, baik dengan menteri-menteri lain, baik dengan guru dan kepala sekolah dan pemerintah.” “Kata gotong royong ini akan menjadi kata kunci di perjalanan kita bersama,” tegasnya.  “Kita nggak bisa lakukan ini sendiri. Semua; pemerintah daerah, pemerintah pusat, guru, organisasi masyarakat,orangtua dan murid. Semua harus terlibat, semua harus gotong-royong untuk menciptakan kualitas pendidikan di Indonesia,” ujar Menteri Nadiem kepada para jurnalis. Nadiem meyakini pendidikan dan generasi muda menjadi cara paling efektif mentrasformasi suatu negara. “Tanpa perubahan mindset, tanpa merubah generasi selanjutnya, Indonesia tidak akan maju di panggung dunia. Semua masalah itu bisa dipecahkan dengan meningkatkan kualitas orang muda kita,” ujarnya.

Fokus utama pendidikan 

Menjawab pertanyaan media soal tantangan dunia pendidikan Indonesia saat ini, Nadiem melihat skala atau ukuran pendidikan menjadi tantangan besar. “Kita memiliki sistem pendidikan 4 terbesar di dunia. Tiga ratus ribu sekolah itu luar biasa. Jumlah muridnya, jumlah gurunya, jumlah pemerintah daerahnya. Tantangan utama adalah skalanya, size-nya,” ujar Nadiem. Lalu apakah sesuai ekspektasi masyarakat bahwa Nadiem nantinya akan membawa teknologi dalam dunia pendidikan di Indonesia, ia menjawab, “Sudah pasti peran teknologi akan ada di situ (pendidikan). Dalam bentuk apanya belum tahu,” jawab Nadiem. Menurutnya langkah awal yang harus dilakukan bukan dengan aksi tapi mulai dengan belajar dulu dari para stake holder yang ada.  “Step pertama jangan selalu memberikan solusi. Step pertama harus menjadi murid yang baik, belaar dulu, kondisi lapangan seperti apa. Dari situlah kita baru menemukan solusi-solusi baik teknologi mapun non-teknologi yang bisa meningkatkan kualitas pendidikan,” ujar Nadiem.

Karakter dan relevansi pendidikan

Nadiem kemudian menyampaikan, “Yang sudah jelas ada beberapa prinsip yang ingin kita capai. Kita ingin memfokuskan pada manusia yang keluar dalam sistem pendidikan kita harus seperti apa.” “Yang pertama, harus berkarakter. Sistem pendidikan berdasarkan kompetensi bukan hanya informasi saja namun berdasarkan kompetensi, skill. Kedua, kemudian juga harus ada relevansi,” jelasnya. “Selalu Pak Presiden menekankan link and match antar industri dan juga institusi pendidikan. Relevansi dari skil-skil yang kita pelajari itu harus relevan,” tutup Nadiem. 

Semoga dengan semangat diatas akan mendorong para pendidik dan para pelajar untuk memiliki semangat rela berkorban, tulus ikhlas dalam memberikan yang terbaik untuk kemajuan negeri ini. Diharapkan akan menjadi pahlawan masa kini

Tinggalkan Balasan