Skip to content

Kurikulum Deep Learning: Transformasi Pembelajaran yang Bermakna, Sadar, dan Menyenangkan

Gambar 1 : Enam Kompetensi Global (6C’s) dDeep Learning

1. Latar Belakang

Perubahan zaman yang ditandai dengan revolusi digital dan teknologi kecerdasan buatan (AI) menuntut sistem pendidikan yang adaptif, relevan, dan humanistik. Gagasan Kurikulum Deep Learning muncul sebagai respons atas kebutuhan akan pembelajaran yang tidak hanya mentransfer informasi, tetapi juga membentuk pola pikir kritis dan mendalam pada siswa.

Menurut Abdul Mu’ti, Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah, Kurikulum Merdeka perlu dikembangkan lebih lanjut menjadi Kurikulum Deep Learning untuk memperkuat esensi pendidikan yang lebih holistik.

2. Pengertian Kurikulum Deep Learning

Kurikulum Deep Learning adalah pendekatan pembelajaran yang menekankan pemahaman mendalam melalui pemikiran kritis, keterlibatan aktif, dan koneksi nyata dengan kehidupan. Fokusnya bukan hanya pada “apa yang dipelajari”, tetapi juga “bagaimana” dan “mengapa” siswa belajar.

Kurikulum ini mengintegrasikan prinsip-prinsip dari dunia kecerdasan buatan—khususnya deep learning dalam teknologi—ke dalam strategi pembelajaran manusia. Dalam AI, deep learning merujuk pada proses belajar menggunakan neural network bertingkat (multi-layered) yang meniru cara kerja otak dalam mengenali pola, memahami konteks, dan mengambil keputusan secara otomatis.

Maka, secara filosofis, Kurikulum Deep Learning mendorong agar siswa belajar seperti mesin AI yang canggih, yakni dengan:

  • Menganalisis data/materi secara mendalam

  • Mengaitkan antar konsep

  • Menyesuaikan pembelajaran dengan konteks pribadi dan sosial

  • Mengambil keputusan berdasarkan pemahaman, bukan hafalan

3. Tiga Pilar Kurikulum Deep Learning

a. Mindful Learning (Pembelajaran Sadar)

Pembelajaran yang dilakukan secara sadar, reflektif, dan memperhatikan kondisi psikologis serta konteks belajar siswa. Siswa diajak untuk hadir secara penuh dalam proses belajar dan bukan sekadar mengikuti rutinitas.

Contoh Praktik:

  • Guru mengajak siswa melakukan diskusi terbuka terkait isu aktual yang berkaitan dengan materi, misalnya perubahan iklim saat belajar geografi.

  • Di kelas sains, siswa melakukan eksperimen kecil di rumah lalu membahas hasilnya bersama.

Manfaat:

  • Meningkatkan konsentrasi dan kesadaran diri siswa

  • Membentuk kebiasaan reflektif dan bertanggung jawab terhadap proses belajar

b. Meaningful Learning (Pembelajaran Bermakna)

Pembelajaran bermakna terjadi saat siswa mampu menghubungkan materi yang dipelajari dengan kehidupan nyata. Hal ini memperkuat retensi jangka panjang dan motivasi intrinsik untuk belajar.

Contoh Praktik:

  • Materi matematika seperti persentase dikaitkan dengan perhitungan diskon atau bunga pinjaman.

  • Saat belajar sejarah, siswa diminta membandingkan peristiwa masa lalu dengan kondisi sosial politik saat ini.

Manfaat:

  • Siswa memahami relevansi belajar dengan kehidupan mereka

  • Meningkatkan kemampuan berpikir analitis dan aplikatif

c. Joyful Learning (Pembelajaran Menyenangkan)

Berbeda dari konsep “menyenangkan” yang hanya berfokus pada hiburan, joyful learning dalam kurikulum ini menitikberatkan pada kepuasan karena pemahaman. Siswa merasa senang karena berhasil memahami konsep sulit dan mampu mengaplikasikannya.

Contoh Praktik:

  • Guru mengadakan permainan strategi dalam pembelajaran ekonomi untuk memahami mekanisme pasar.

  • Dalam pelajaran bahasa, siswa menulis naskah drama lalu memerankannya, sehingga belajar menjadi aktif dan ekspresif.

Manfaat:

  • Mengurangi stres belajar

  • Meningkatkan partisipasi dan keterlibatan siswa

4. Hubungan dengan Konsep Deep Learning dalam AI

Konsep Kurikulum Deep Learning mengambil inspirasi dari metode dalam kecerdasan buatan. Dalam AI:

  • Neural networks belajar dengan menyerap data dalam jumlah besar, mengenali pola, dan memperbaiki kesalahan berdasarkan feedback.

  • Ini analog dengan siswa yang belajar dari pengalaman, latihan, dan umpan balik dari guru serta teman.

Dengan kata lain, Kurikulum Deep Learning bertujuan menciptakan “pembelajar manusia” yang adaptif dan otonom seperti sistem deep learning pada mesin.

5. Tantangan dan Peluang di Indonesia

Tantangan:

  • Belum meratanya pemahaman guru terkait pendekatan ini

  • Keterbatasan waktu dan kurikulum standar yang masih menekankan hafalan

  • Rendahnya kesiapan infrastruktur digital untuk menunjang pembelajaran mendalam

Peluang:

  • Integrasi dengan teknologi pendidikan dan platform e-learning

  • Pelatihan guru berbasis metode reflektif dan praktikal

  • Meningkatkan hasil belajar yang berorientasi pada kompetensi abad 21

6. Penutup

Kurikulum Deep Learning bukan sekadar metode, tetapi paradigma baru dalam pembelajaran. Ia menempatkan siswa sebagai subjek aktif yang belajar secara sadar (mindful), bermakna (meaningful), dan menyenangkan (joyful). Dalam jangka panjang, pendekatan ini dapat membentuk generasi pembelajar seumur hidup yang mampu berpikir kritis, beradaptasi, dan menyelesaikan masalah kompleks di dunia nyata.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *